PENTINGNYA PERAN KELUARGA DALAM PENERAPAN BAHASA JAWA
Mata pelajaran bahasa Jawa dalam kurikulum pendidikan nasional memiliki porsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain tingkat kesulitan bahasa Jawa dan porsi yang sedikit dalam pendidikan formal, pembelajaran bahasa Jawa dalam lingkup keluarga juga sangat terbatas. Banyak dalam lingkup keluarga yang orang tuanya kesulitan mengajarkan atau menerapkan bahasa Jawa khususnya bahasa krama kepada anaknya. Sehingga orang tua lebih memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam berkomunikasi dengan anaknya.
Kesulitan masyarakat dalam berkomunikasi bahasa Jawa dipengaruhi oleh kurangnya pembelajaran bahasa Jawa untuk keluarga. Menurut Chotimah, C. Untari, M. F. A., & Budiman, M. A. (2019) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi salah satunya adalah kebiasaan saat berkomunikasi di rumah dan faktor lingkungan sekitar. Yang mana berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia lebih mudah dipahami. Karena adanya tingkat tutur bahasa tersebut, bahasa Jawa dianggap sebagai bahasa yang cukup sulit untuk dipelajari
Bahasa jawa merupakan salah satu dari budaya Jawa sehingga perlu dilestarikan. Namun dalam era modern seperti sekarang, penggunaan bahasa Jawa mengalami pergeseran dan kurang diminati oleh masyarakat khususnya anak muda. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan eksistensi penggunaan bahasa Jawa yaitu mengenalkan bahasa Jawa sejak dini pada anak. Pengenalan bahasa Jawa pertama pada anak yakni melalui lingkungan keluarga. Orang tua harus memberikan stimulus positif mengenai pembiasaan berbahasa Jawa pada anak ketika berkomunikasi. Anak usia dini merupakan anak dengan masa perkembangan yang membutuhkan stimulus positif, sehingga jika orang tua membiasakan berbahasa Jawa dapat membantu anak berinteraksi dengan lingkungan dan mengembangkan keterampilan bahasa jawa yang baik.
Bahasa Jawa akan lebih mudah dilakukan jika mendapatkan dukungan dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Menurut osaphat, Y. A. P., Cahyaningrum, A. N. ., Hafizrul Ladifa, Sabrina Fahma Nakhya Syach, & Serena Wina Coren Khana. (2022) Bahasa Jawa halus eksistensinya bagi masyarakat Jawa sudah mulai memudar. Dikarenakan banyak dari kalangan anak-anak sampai remaja yang tidak menerapkan Bahasa Jawa halus dalam kehidupan sehari-hari, mereka lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia yang sopan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua.
Hal ini kemudian mengonfirmasi jika mata pelajaran bahasa Jawa menjadi mata pelajaran yang sulit bagi para siswa. Karena minimnya pemahaman siswa terhadap kosakata yang ada dalam mata pelajaran tersebut. Banyak kosakata yang dirasa asing bagi mereka. Kesulitan ini berujung pada hasil pembelajaran yang kurang maksimal.
Guru dan orangtua perlu mendorong dengan membiasakan penggunaan bahasa Jawa halus (krama) dalam keseharian. Guru dan sekolah bisa menetapkan hari tertentu di sekolah menjadi hari berbahasa Jawa halus (krama) sebagai bentuk upaya menanamkan kembali kebiasaan penggunaan bahasa Jawa halus.
Perkara yang tidak mudah memang, tetapi sudah menjadi tugas bersama untuk menjaga budaya dan kearifan lokal agar tidak punah ditelan jaman. Perlu usaha-usaha yang lebih keras dan serius dalam mengatasi kesulitan belajar bahasa Jawa khususnya di tingkat SMK. Tetapi semua itu harus dimulai dari sekarang. Sekecil apapun upaya itu jika dilaksanakan dengan penuh komitmen dan keseriusan yakinlah akan menemui hasil yang baik.
Penulis : Nunik Handayani, S.Pd (Guru Bahasa Jawa SMK Negeri 1 Randudongkal)