Penerapan Model Project Based Learning Menghasilkan Produk Kampanye Lingkungan yang Beragam
Kerusakan lingkungan merupakan fenomena yang sekarang ini banyak terjadi di sekitar lingkungan kita, sehingga seharusnya siswa dapat dengan mudah untuk memahami materi tentang dampak kerusakan lingkungan dan bagaimana upaya untuk mengatasinya. Namun pada kenyataannya banyak siswa kesulitan dalam memahami materi ini. Siswa belum bisa mengaktualisasikan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari masih banyak siswa yang membuang sampah sembarangan dan taman sekolah yang rusak akibat aktivitas siswa.
Beberapa hal yang menyebabkan permasalahan itu terjadi yaitu rendahnya minat siswa pada materi ini. Selain itu, selama ini pembelajaran masih berpusat pada guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran materi kerusakan lingkungan masih kurang.
Baca Juga :
Upaya mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan kegiatan pembelajaran yang efektif dalam membentuk siswa agar dapat belajar mandiri tanpa mengesampingkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, salah satunya adalah dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek. Project Based Learning (PjBL) dinyatakan oleh Thomas, (2000) dan Kamdi (2007) sebagai pembelajaran berbasis proyek yang merupakan pendekatan pembelajaran inovatif, yang menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas yang bermakna lainnya, memberi kesempatan kepada pebelajar bekerja secara otonom untuk mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya yaitu menghasilkan menghasilkan produk nyata.
Oleh karena itu, penulis menerapkan model Project Based Learning (PjBL). Dalam pembelajaran, guru melaksanakan secara urut sintak-sintak dalam PjBL, yaitu
- Pertanyaan mendasar: guru menyampaikan video berbagai macam kerusakan lingkungan, kemudian muncul pertanyaan yang berasal dari siswa tentang bagaimana upaya mengatasasi kerusakan lingkungan agar tidak semaki parah.
- Mendesain perencanaan proyek: siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah lingkungan, kemudian menentukan masalah lingkungan yang akan dijadikan proyek untuk pembuatan bahan kampanye, dan menyusun rencana pembuatan proyek, meliputi pembagian tugas dalam kelompok, persiapan alat, bahan, media, dan sumber yang dibutuhkan
- Menyusun Jadwal pelaksanaan proyek: Guru dan siswa menyepakati waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek
- Pengerjaan proyek dan pemantauan kemajuan proyek: Siswa mulai melaksanakan proyek yang telah dirancang dan membuat dokumentasi
- Pengujian Hasil : siswa menampilkan hasil kegiatan dan menyajikan produk
- Evaluasi: Guru memberikan evaluasi dan masukan untuk hasil dan proses pembelajaran. Siswa memperbaiki kekurangan dan menyempurnakan proyek berikutnya
Dampak dari penerapan langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning adalah:
- Pembelajaran sudah terpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator.
- Minat siswa meningkat hal tersebut dapat dilihat dari siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
- Tampak adanya pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini dapat dilihat produk yang dihasilkan siswa berupa media kampanye untuk melestarikan lingkungan yang bervariasi, diantaranya berupa poster digital, video, dan poster 3 dimensi. Begitu juga dengan konten/isi media kampanye masing-masing kelompok mengangkat topik yang berbeda.
- Munculnya kreativitas siswa dalam menciptakanberbagai macam kampanye produk.
Hasil pembelajaran ini penulis anggap efektif untuk mengatasi rendahnya minat dan keaktifan siswa saat pembelajaran kerusakan lingkungan.
Anisatun Afidah, S.Pd.